Banyak manusia stress dalam kegelisahan karena tidak mampu menikmati apa yang diberikan Allah kepadanya. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pemahaman kita terhadap makna syukur atas nikmat Allah. Karena mestinya dia yakin bahwa apa yang diberikan Allah kepadanya adalah yang terbaik untuk dirinya, sehingga dia bersyukur.
Rasul saw pernah bersabda bahwa orang yang paling bersyukur ialah manusia yang paling qanaah (menerima pemberian Allah) dalam kehidupannya, sedang manusia yang paling kufur adalah manusia yang rakus dan tamak. Karena orang yang rakus itu tak pernah menikmati yang sudah ia terima, tapi ia masih terus berangan-angan terhadap apa yang belum ia miliki.
Imam ali ra mengatakan orang yang qanaah adalah orang yang kaya. Sedangkan yang rakus/tama’ adalah sebenarnya orang fakir.
A. KATA SYUKUR DALAM AL-QURAN
Kata “Syukur” dan yang seakar dengannya disebutkan sebanyak 75 kali dalam al-
Quran. Menariknya, kata al-
Quran juga menyebutkan sejumlah yang sama (75 kali) untuk kata “Bala’” (Musibah). Sebagian mufassir mengatakan bahwa sepertinya hal ini mengindikasikan bahwa Allah SWT ingin mengatakan bahwa adanya musibah itu karena kurangnya bersyukur kepada Allah SWT.
B. PERINTAH BERSYUKUR DAN LARANGAN KUFUR
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Pada ayat diatas Allah mengumumkan kepada kita bahwa jika kita bersyukur atas nikmat2 yang kita terima, maka Allah akan menambah nikmat diatas kenikmatan yang telah diberikan-Nya pada kita. Tambahan nikmat yang dimaksud disini bisa berbentuk zahir (seperti harta yang bertambah), ataupun batin (misal: ketentraman hati, kebahagiaan keluarga, kekhusyuan shalat, ataupun nikmat-nikmat yang nanti akan kita terima di akherat nanti).
Kemudian ketika hamba-Nya kufur nikmat, bahasa yang digunakan Allah dalam ayat diatas tidak dengan “akan aku adzab” (semodel dng ketika bersyukur: akan aku tambah nikmat), tapi cukup dengan warning bahwa “adzab-Ku sangat pedih”. Jadi kalau nantinya seseorang mendapatkan adzab, itu adalah hasil dari apa yang dia lakukan sendiri, bukan karena Allah. Sebagaimana dengan nikmat, makna “adzab” pun bermacam-macam. Bisa saja bentuknya adalah dicabutnya nikmat dengan berbagai cara. Bentuk-bentuk siksaan lain misalnya adalah dicabutnya rasa takut kita untuk berbuat dosa, kita tidak lagi merasa rindu dengan surga ketika diceritakan, dll.
C. MUSIBAH TIDAK MENIMPA ORANG-ORANG YANG BERSYUKUR
Musibah (bala’) sebenarnya tidak akan pernah muncul ketika seseorang selalu merasa bersyukur. Karena apapun yang diterimanya dia akan merasa bahwa itu adalah yg terbaik baginya, sehingga ia bersyukur atasnya.
“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS.An-Nisa: 147)
Allah tidak akan menyiksa (menimpakan musibah) jika kita bersyukur dan beriman. Oleh karena itu selalu ingatlah kepada Allah dan bersyukurlah, jangan kufur nikmat. Demikian seperti firman-Nya berikut:
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS. Al-Baqarah: 152)
Ketika kita mengingat-ingat nikmat Allah sebenarnya nikmat tersebut tak terhingga jumlahnya.
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 18)
Kalau menghitung saja kita tidak akan mampu, bagaimana mungkin kita akan mampu untuk mensyukuri dengan sempurna?
D. SYUKUR ADALAH IBADAH YANG TAKKAN PERNAH SAMPAI KE PUNCAKNYA
Syukur adalah ibadah yang tidak akan pernah sampai pada puncaknya. Antara lain karena setiap ungkapan syukur adalah sesuatu yang harus disyukuri pula, karena taufik dan kemampuan yang diberikan-Nya lah kita dapat melakukannya.
Allah berfirman kepada Musa as: “Hai Musa, bersyukurlah kepada-Ku dengan syukur yang sebenarnya. Kemudian Musa as berkata: bagaimana aku bersyukur sebenar-benarnya, sedangkan tiada ungkapan syukur yang kuungkapkan kepadaMu melainkan itu juga merupakan nikmatMu. Allah SWT menjawab: Ya Musa, sekarang kamu baru bersyukur sebenar-benarnya karena kamu menyakini bahwa segala sesuatu adalah pemberian-Ku.”
Syukur adalah menampakkan dan menggunakan nikmat Allah baik dalam keyakinan di hati, ungkapan, amalan praktek.
E. BERSYUKUR ADALAH SYARAT TAUHID
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah.” (QS al-Baqarah [2:172])
Ayat tersebut mengatakan bahwa kita belum disebut sebagai benar-benar mengesakan Allah, menyembah Allah yang Maha Esa kalau kita belum bersyukur kepada-Nya.
F. SYUKUR ATAU KUFUR SEJATINYA UNTUK DIRI KITA SENDIRI
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.(QS Luqman:12)
Konsep Al-
Quran mengatakan bahwa setiap perbuatan itu akan kembali kepada diri pelakunya sendiri. Allah tidak membutuhkan perbuatan baik kita, tapi kitalah yang membutuhkannya. Seperti dalam ayat lain “In ahsantum ahsantum li anfusikum, wa in asa’tum fa laha” (jika kalian berbuat baik sejatinya itu perbuatan baik untuk diri kalian sendiri, demikian juga dengan perbuatan buruk juga akan kembali kepada pelakunya sendiri).
Demikian juga dengan bersyukur. Allah tidak membutuhkan syukur kita, tapi kitalah yang membutuhkan syukur itu untuk diri kita sendiri. Jika seluruh makhluq kufur pun, tidak akan mengurangi kekuasan dan kekayaan Allah SWT.
G. NILAI SYUKUR
Terdapat beberapa nilai dari bersyukur menurut Al-
Quran sebagai berikut:
- Ketika kita bersyukur, sebenarnya kita sedang memberikan nikmat bagi diri kita sendiri
- Ketika kita bersyukur, sebenarnya kita sedang bersiap menerima tambahan nikmat Allah
- Ketika kita bersyukur, sebenarnya kita sedang membentengi diri kita dari siksa Allah (rujuk kembali An-Nisa:147 dan Ibrahim: 7)
- Ketika kita bersyukur, maka kita akan selalu merasa tentram karena merasa semua yang terjadi adalah yang terbaik bagi dirinya menurut Allah SWT.
Mari kita ingat bagaimana penyikapan Nabi Ayyub as terhadap musibah yang beliau terima belasan tahun sebagaimana diabadikan dalam ayat al-
Quran berikut:
“dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang“.(QS Al-Anbiya’: 83)
H. MUSUH MANUSIA UNTUK BERSYUKUR
Manusia memiliki musuh yaitu syaitan yang tidak rela jika kita mendapatkan nikmat-nikmat anugerah, dll. Musuh kita itu pernah bersumpah pada Allah untuk menggoda bani adam agar tidak bersyukur.
“16. Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, 17. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (QS. Al-A’raf: 16-17)
- Setan mengganggu kita dari depan (kita dilupakan dengan hari depan/akherat, sehingga kita tidak bersyukur).
- Setan mengganggu kita dari belakang (kita dibuat khawatir akan anak-anak yang harus ditinggali harta yang banyak sehingga akhirnya membuat kita rakus untuk terus mengumpulkan harta dengan berbagai cara. Ingat: Alhakumut Takatsur…hatta zurtumu al-Maqabir…dst)
- Setan mengganggu kita dari kanan (kita dijadikan memandang kebaikan amal-amal mulia sebagai sesuatu yang rendah dan tidak menarik.)
- Setan mengganggu kita dari kiri (kita dijadikan memandang perbuatan jelek sebagai sesuatu yang indah. Salah satu kerjaan setan adalah menghiasi amal-amal buruk sehingga tampak menarik dan indah.)
Tapi masih ada celah bagi kita karena ada yang tidak mampu setan mengganggunya, yaitu:
- Setan tidak dapat mengganggu dari atas (yaitu ketika kita selalu berhubungan dengan Allah, bermunajat kepada Allah, dan melakukan sesuatu ikhlas hanya karena Allah)
- Setan tidak dapat mengganggu dari bawah (yaitu ketika kita senantiasa bersujud kepada Allah, dan ketika kita bertawadhu kepada sesama hamba Allah.)
Ketika kita tidak bersyukur itu berarti kita mensukseskan misi setan kepada manusia.
I. KEBANYAKAN MANUSIA TIDAK BERSYUKUR
Allah SWT mengatakan bahwa hanya sedikit dari manusia yang bersyukur:
Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur. (QS. Al-A’raf: 10)
“Sesungguhnya Alloh benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan atas umat manusia, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukurinya.” (QS. Yunus: 60)
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (QS. As-Sajdah: 9.)
“Katakanlah: “Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut yang kamu berdoa kepadaNya dengan berendah diri dengan suara yang lembut (dengan mengatakan): ”Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari bencana ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur.” Katakanlah: ”Alloh menyelamatkan kamu daripada bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya.” (QS Al-An’aam: 63-64)
J. MENJAGA NIKMAT DENGAN BERSYUKUR
Pada umumnya orang baru sadar akan nikmat allah ketika kehilangan. Imam Ali ra pernah berkata bahwa kalau kamu dapat nikmat allah, maka jagalah nikmat tersebut. Caranya adalah dengan mensyukurinya.
Orang yang tidak bersyukur sebenarnya sedang siap-siap untuk dicabut nikmatnya oleh Allah.
K. SYUKUR TIDAK HANYA BERLAKU DI ALAM DUNIA SAJA
Ternyata bersyukur bukanlah amalan yang hanya dikerjakan di dunia saja. Ketika para ahli surga akan memasuki pintu surga, pun akan masih perlu mengucapkan syukur seperti diterangkan dalam ayat berikut:
“Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran.” Dan diserukan kepada mereka: “ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.” (QS. Al-A’raf: 43)
L. KIAT BERSYUKUR
Salah satu kiat bersyukur yang dimuat dalam al-
Quran adalah dengan tidak melihat / iri terhadap orang lain yang memiliki kekayaan atau kelebihan materi.
Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir. (QS.At-Taubah: 55.)
Dan diulang lagi pada surat yang sama dengan kalimat yang sangat mirip:
“Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka, dalam keadaan kafir.” (QS. At-taubah: 85)
M. BERSYUKUR KEPADA HAMBA ALLAH
Selain bersyukur kepada-Nya sebagai pencipta dan pemberi nikmat itu, Allah juga perintahkan untuk mensyukuri cara yang digunakan sehingga berhasil meraih nikmat tersebut. Biasanya nikmat ini dihasilkan lewat perantara orang lain dan dengan bersyukur kepada orang lain. Salah satu contoh yang gamblang diungkap oleh al-
Quran mengenai hal ini adalah berkaitan dengan kewajiban bersyukur kepada orang-tua.
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 14)
Kita ada melalui perantara orang tua kita, kita bisa seperti ini karena jasa besar orang tua kita yang membesarkan, memelihara dan mendidik kita sejak lahir. Oleh karena itu kita wajib pula bersyukur kepada orang tua.
Hal yang sama juga berlaku kepada hamba Allah yang lain yang menjadi perantara sampainya nikmat Allah kepada kita. Misalnya kepada yang memberi kita, menyembuhkan kita, dsb.
N. KARUNIA ADALAH UJIAN KESYUKURAN
Setiap karunia atau anugerah yang kita dapatkan sebenarnya merupakan ujian untuk menentukan apakah kita termasuk orang yang bersyukur atau kufur. Sebagaimana pernyataan Nabi Sulaiman as yang diabadikan dalam al-
Quran sebagai berikut:
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk karurnia Tuhanku untuk menguji aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia” (QS. An-Naml: 40)
Semoga kita semua lulus dalam menghadapi ujian-ujian terhadap karunia-karunia yang kita terima yang tidak terhitung jumlahnya itu.
O. DOA UNTUK DAPAT SENANTIASA BERSYUKUR
“maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh“. (QS. An-Naml: 19)
Atau dalam teks Arab-nya yang mungkin kita sering dengar dan amalkan:
“RABBI AUZI’NI AN ASYKURA NI’MATAKA ALLATI AN’AMTA ’ALAYYA WA ‘ALA WALIDAYYA WA AN A’MALA SHALIHAN TARDHAHU, WA ADKHILNI BIRAHMATIKA FI ’IBADIKA AS-SHALIHIN”
Semoga kita semua dapat tergolong pada hamba-Nya yang senantiasa bersyukur. Amien, Ya arham ar-Rahimin. []