Panduan ber-Hidroponik

 

Panduan ber-Hidroponik (Langkah 1)

Sebelum kita memulai, mungkin ada beberapa hal yang harus kita ketahui dalam berhidroponik, yaitu system apa yang akan kita gunakan nanti. Dalam contoh kali ini, saya akan memberikan panduan ringkas menggunakan sistem Apung sederhana yang saya tempatkan pada rak paralon secara vertical.
Rak bikinan sendiri (tampak samping)


Rak tampak depan
Langkah pertama ini kita memulai dengan PEMBIBITAN, langkahnya adalah :


1. siapkan media tanam yang bersifat porus (mempunyai pori-pori dalam jumlah banyak sehingga kemampuan menyerap air tinggi) seperti arang sekam, pasir, rockwool, cocopeat dll.
 Gambar arang sekam dan cocopeat yang dicampur perbandingan 1:1
Gambar rockwool utuh
2a. Untuk pembibitan pada arang sekam caranya: tempatkan arang sekam dan cocopeat (perbandingan 1:1) pada wadah yang agak tinggi, saya disini menggunakan box launch yang tingginya 6cm (panjang dan lebarnya bebas), tebar benih diatasnya boleh secara acak. Kemudian tutupi benih yang sudah ditebar dengan arang sekam lagi secara tipis - tipis
 Menebar benih pada arang sekam dan cocopeat

2b. Untuk pembibitan pada rockwool caranya: potong rockwool bentuk dadu dengan ukuran 2cm x 2cm kemudian lubangi masing-masing rockwool sedalam 3/4 dari atas. Kemudian tempatkan benih pada lubang tersebut, tiap lubang bisa ditaruh 2 - 3 benih, karena kita tidak tahu apakah semua benih ini akan tumbuh dengan baik.
Gambar rockwool yang sudah dipotong dadu ukuran 2cm x 2cm
dan dilubangi sedalam 3/4 dari atas untuk tempat menaruh benih

3. Setelah benih ditebar pada media tanam, kita siram dengan cara disemprotkan berlahan saja dengan air biasa sampai dirasa cukup lembab. Ini dilakukan secara rutin boleh tiap pagi dan sore asal jangan sampai kering. Untuk penyemprotan TIDAK BOLEH SAMPAI BERLEBIHAN APALAGI SAMPAI MENGGENANG itu akan membuat benih menjadi busuk.

4. Setelah disemprot hingga lembab, tempatkan wadah pembibitan di tempat teduh dan jangan terkena sinar matahari langsung. Wadah saya biarkan terbuka karena lokasi penyimpanan dekat tempat cuci piring yang keadaannya agak lembab dan atapnya tertutup karena ada di dalam rumah. Anda bebas memilih tempat. Kondisi yang lembab akan mempercepat tumbuhnya tunas pada benih.

5. Jika benih mulai berkecambah segera kenalkan dengan sinar matahariSECARA PERLAHAN agar benih tidak kaget dan kekeringan. Tetap lakukan penyemprotan dengan air biasa dan kelembaban juga tetap dijaga sampai muncul daun. 
Benih kangkung sudah mulai berkecambah, kelembaban tetap dijaga
Keterlambatan pada pengenalan sinar matahari akan menyebabkan ETIOLASI yaitu pertumbuhan tumbuhan yang sangat cepat di tempat gelap namun kondisi tumbuhan lemah, batang tidak kokoh, daun kecil dan tumbuhan tampak pucat. Gejala etiolasi terjadi karena ketiadaan cahaya matahari. Kloroplas yang tidak terkena matahari disebut etioplas. Kadar etioplas yang terlalu banyak menyebabkan tumbuhan menguning. Pada hal ini hormon auksin bekerja dengan baik karena tumbuhan tidak terkena cahaya.
Gambar Kiri : bibit yang mengalami etiolasi
Gambar Kanan : bibit yang pertumbuhannya normal
Etiolasi juga disebut dengan KUTILANG = Kurus, Tinggi, Langsing

Jika ternyata sampai terjadi etiolasi maka tanaman harus dicabut karena tidak bagus untuk dilanjutkan dan kita harus memulai proses pembibitan dari awal lagi.

6. Jika bibit sudah muncul daun 4 (daun sejati) biasa pada usia 7-10 hari, mulai disemprot dengan air nutrisi AB MIX Hidroponik sesuai dosis anjuran (sekitar 500ppm - 600ppm) untuk menjaga kelembaban. Disaat inilah akar akan semakin memanjang. Ini adalah alasan saya menggunakan Lunch Box yang memiliki tinggi 6cm supaya akar memanjang ke bawah dan tidak kesamping. Akar yang memanjang ke bawah mempermudah perawatan berikutnya.

Inilah tahap pembibitan yang sudah saya lakukan, post berikutnya saya akan tulis Tahap Ke-2 yaitu pemupukan dengan Nutrisi AB Mix Hidroponik.
Salam Go Green..


sumber :
http://griyahidroponikjogjakarta.blogspot.co.id


Panduan berhidroponik 2

Panduan ber-Hidroponik (Langkah 2)

Setelah kita melewati proses pembibitan pada langkah 1, sekarang saatnya untuk langkah selanjutnya yaitu pemindahan bibit pada rak hidroponik dan pemupukan. Akan saya jelaskan satu persatu :

1. Ketika bibit sudah berdaun 4, maka saatnya kita melakukan pemindahan ke media hidroponik dimana rak sudah kita siapkan terlebih dahulu.



2a. Proses pemindahan bibit jika penyemaian menggunakan ARANG SEKAM + COCOPEAT, cabut bibit dengan cara menjepit batangnya dengan ibu jari dan jari telunjuk, tarik secara perlahan. Bersihkan akar dari bekas media tanam dengan cara menggoyang-goyangkan di air sampai bersih.
Cabut dengan ibu jari dan telunjuk, 
kemudian akar dibersihkan

Siapkan spon untuk menyangga batang, disini saya menggunakan spon bekas yang bisa minta ke tukang sofa meubel, pasti mereka punya spon bekas yang tidak terpakai. Spon saya potong sesuai ukuran pot, disini saya menggunakan tempat puding ukuran diameter 6cm banyak didapat di toko plastik, yang saya lubangi bagian bawahnya 2cm x 2cm. Saya ilustrasikan sebagai berikut :

Saya menggunakan tempat puding, banyak terdapat di toko plastik

Spon bekas berfungsi sebagai penahan batang supaya tidak rebah
dan bisa dipakai berulang - ulang
Ilustrasi perlakuan bibit menggunakan spon sebagai penahan batang

2b. Proses pemindahan bibit jika penyemaian menggunakan Rockwool, bibit yang tumbuh pada rockwool langsung dimasukkan kedalam pot. Akar harus menjuntai bebas kebawah. 
Rockwool dan bibit langsung dimasukkan pot (jangan cabut bibit)

3. Selanjutnya adalah pemupukan. Setiap kegiatan budidaya tanaman, pupuk merupakan salah satu faktor penting. Dalam post yang lain akan saya bahas secara mendetail tentang pemupukan atau istilahnya dalam hidroponik adalah nutrisi. Disini saya menggunakan Nutrisi AB Mix Hidroponik buatan lokal (Yogyakarta) dengan merk Goodplant. 

Warna hijau untuk tanaman sayuran daun

Warna kuning untuk tanaman sayuran buah

Untuk pelarutan nutrisi ini kita harus lebih cermat dalam dosisnya karena pada dasarnya setiap tanaman memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda - beda. TDS Meter adalah salah satu alat bantu untuk mengetahui kandungan nutrisi pada larutan AB Mix ini. Satuan alat ini menggunakan satuan ppm (part per million).
Contoh TDS Meter

PERHATIAN : Lakukan pemberian nutrisi sesuai kebutuhan tanaman, kekurangan dan kelebihan nutrisi akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil panen. 


Cara melarutkan Nutrisi AB Mix :
  • Ambil 5cc Larutan A dan 5cc Larutan B, kemudian dicampurkan dengan 1 liter air. Gunakan takaran yang tepat dengan gelas ukur atau Suntikan yang mempunyai skala yang jelas. Jangan melakukan perkiraan.
  • Aduk hingga merata
  • Ukur dengan TDS Meter dan sesuaikan dengan kebutuhan tanaman anda (dengan cara melihat Tabel kebutuhan Nutrisi). Jika terlalu rendah ppm-nya bisa ditambahkan larutan A dan B secara seimbang (takarannya harus sama). Jika terlalu tinggi bisa ditambahkan dengan air biasa.
  • Tempatkan air nutrisi ini ke rak / tempat Hidroponik anda.
Tahap kedua sudah kita lalui dan kita tinggal memperhatikan pertumbuhan tanaman kita dengan sabar. Dalam teknik hidroponik kita tidak perlu melakukan penyiraman seperti pada pertanian konvensional. Tahap berikutnya (Langkah 3) akan saya bahas masalah OPT atau Organisme Pengganggu Tanaman...


Panduan ber-Hidroponik (Langkah 3)
Akhirnya kita sampai di langkah terakhir dalam budidaya Hidroponik ini. Adapun langkah terakhir ini adalah Pengamatan yang meliputi pengamatan level air dan pengamatan OPT atau Organisme Pengganggu Tanaman.

Baiklah mari kita bahas satu persatu dalam tahap ini.



PENGAMATAN LEVEL AIR

Setelah langkah 2 yang telah kita pelajari kemarin, tugas kita sebenarnya sudah semakin mudah karena tugas kita saat ini adalah mengamati pertumbuhan tanaman. Level air nutrisi harus kita utamakan. Karena dalam contoh ini kami menggunakan sistem air tergenang, maka level air perlu kita pantau satu persatu dalam genangan di setiap paralonnya. Jangan sampai air nutrisi habis, lakukan pengisian dengan segera.
Kami pernah melakukan pengamatan yang menjelaskan bahwa pada tanaman muda kami masih jarang melakukan pengisian air nutrisi, kami lakukan pengisian 5 hari sekali (untuk desain rak yang lain mungkin akan mendapatkan data yang berbeda). Dan akan semakin sering sampai menjelang panen.
Keterlambatan pengisian nutrisi bisa mengakibatkan tanaman layu dan kemudian bisa berakibat mati. Tentu hal ini tidak kita inginkan, periksalah setiap 3 hari sekali baik itu level air ataupun kandungan nutrisinya dengan TDS Meter.

PENGAMATAN OPT (ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN)

Tanaman Hidroponik juga dapat terganggu oleh organisme perusak atau disingkat OPT meskipun dari teknologinya sudah meminimalisir OPT karena sudah tidak melibatkan unsur tanah yang notabene sering menjadi sumber OPT tersebut. Gunakan selalu PESTISIDA ORGANIK, jangan gunakan pestisida kimia karena pestisida kimia tidak bisa terurai oleh air dan bersifat racun. Kami sempat mencoba beberapa ramuan pestisida organik buatan sendiri dan akan kami bagikan resep sederhana ini yang pernah saya lakukan.

Pembuatan Pestisida Organik


Bahan-bahan :


  1. 20 Gram tembakau atau jika dikira-kira sekitar satu genggam
  2. 5 siung bawang putih
  3. Jahe sebesar ibu jari
  4. Botol bekas ukuran 500-600cc
  5. 1 sendok makan sabun cuci piring cair (bukan sabun colek)
Cara Membuat :

  1. Hancurkan bawang putih dan jahe dengan cara ditumbuk
  2. Masukkan bawang putih, jahe dan tembakau kedalam botol dan isi dengan air biasa
  3. Diamkan selama 1 malam atau 24jam

Satu genggam tembakau

Atau sekitar 20g jika ditimbang

Bahan - bahan yang dibutuhkan
Cara pemakaian :

  1.  Ambil 1-2 tutup botol dan campurkan dengan 1 liter air
  2. Tambahkan 1 sendok sabun cuci piring cair
  3. Tempatkan semua larutan tadi ke dalam alat spray
  4. Semprotkan pada tanaman, lebih baik dilakukan di sore hari

Pestisida organik setelah 24jam
Pestisida organik ini bisa dibilang aman karena tidak membunuh serangga predator yang menguntungkan. 
Agar kita terhindar dari serangan OPT tersebut, kita bisa membangun sebuah Green House yang baik dan benar dari sisi konstruksi.

Sampai akhirnya kita memasuki masa panen. Setiap tanaman memiliki masa panen yang bervariasi dan juga memiliki cara panen yang berbeda, ada yang dicabut beserta akarnya ada juga yang diambil buahnya dan lain sebagainya. 
Jangan lupa untuk membersihkan media rak hidroponiknya dari sisa-sisa akar atau kotoran lainnya jika ada, untuk persiapan bibit baru yang akan datang.

Akhir kata dari kami, selamat mencoba dan semoga rangkaian informasi ini dapat bermanfaat bagi kita semua..

Salam Go green


sumber :
http://griyahidroponikjogjakarta.blogspot.co.id

HIDROPONIK RAKIT APUNG - SEDERHANA TETAPI COCOK UNTUK SKALA BESAR

Salah satu sistem hidroponik yang mudah dan murah adalah sistem rakit apung. Sistem ini termasuk sistem yang sederhana tetapi ukurannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Dan termasuk sistem yang dapat di-scaling up (diperbesar).

Sistem ini cocok untuk bagi orang yang ingin menanam hidroponik sayuran dengan hasil maksimal dengan biaya pembuatan yang murah dan mudah. Serta di daerah yang sering mati listrik. Karena sistem ini cukup toleran mati listrik untuk dalam waktu yang lama,

Sistem Apung yang Lebih Besar

Biasanya orang-orang juga menyebut sistem ini sistem deep water culture (DWC). Sistem ini mirip sistem wick, tanaman tumbuh pada wadah yang berisi air nutrisi. Hanya saja tidak ada sumbu, akar langsung kontak dengan air nutrisi.

Ringkasan

  • Biaya : Murah, menengah
  • Tingkat Kesulitan Pembuatan : Mudah
  • Tingkat Kesulitan Perawatan : Intermediet
  • Cocok untuk Tanaman : Tanaman yang ringan seperti sayuran daun, herbs, tanaman hias kecil. Tidak cocok untuk tanaman berat seperti cabai, tomat, melon, dsb
  • Kelebihan : Mudah pembuatan / perakitannya dan dapat diperbesar sistemnya untuk menanam tanaman yang lebih banyak(scaling up). Cukup aman jika mati lampu agak lama
  • Kelemahan : Akar mudah busuk jika oksigen dalam air kurang, Sangat perlu naungan dan tidak cocok untuk outdoor tanpa naungan karena nutrisi mudah bercampur hujan
  • Kebutuhan Listrik : perlu listrik untuk aerator, cukup toleran jika mati lampu

Prinsip Cara Kerja

Sistem ini memanfaatkan gaya apung pada papan untuk menopang tanaman. Papan yang digunakan biasanya berupa papan sterofoam yang dilubangi dengan lubang seukuran net pot yang digunakan

Tanaman tumbuh dengan akar yang konstan 24 jam berada dalam air nutrisi pada wadah. Dengan kontak dalam larutan nutrisi, akar dapat langsung menyerap hara yang ada pada air nutrisi dengan instan

Tetapi karena akar berada dalam air, akar memerlukan oksigen yang terlarut agar masih dapat bernafas. Maka dari itu salah satu cara agar oksigen terlarut pada air (aerasi) terus ada adalah dengan menggunakan aerator.

Walaupun sistem ini seperti sistem wick, kecepatan tumbuh tanaman pada sistem ini lebih cepat dibanding wick. Karena akar langsung kontak air nutrisi yang diberi aerator sehingga kaya oksigen (aerasi) secara menyeluruh.

Sedangkan sistem wick hanya memanfaatkan gap antar air dan papan media untuk mengambil udara dan daya serap akar pada larutan nutrisi bergantung pada daya kapiler pada wick.Maka dari itu sistem ini cukup layak digunakan untuk skala yang lebih besar.

Karena akar kontak langsung dan terus-menerus dengan air, maka penggunaan aerator dalam sistem ini sangat mutlak diperlukan supaya akar masih dapat bernafas.


Dengan menggunakan aerator, tanaman dapat tumbuh lebih cepat dengan sistem ini dan tidak mudah layu pada siang hari. Maka dari itu sistem ini cukup cocok skalanya diperbesar untuk sistem yang lebih besar

Sistem ini memanfaatkan sifat apung dari papan atau media untuk menopang tanaman. Jika water level turun atau naik, tanaman juga ikut turun atau naik menyesuaikan tinggi water level. Selain itu pembuatan sistem ini dari skala kecil hingga skala besar tidak terlalu memerlukan teknik yang rumit.

Walau memerlukan listrik, sistem ini cukup toleran jika mati listrik seharian. Karena akar tidak mudah kering karena selalu kontak dengan air. Jadi tanaman tidak langsung mati walau mati listrik lebih dari 3-4 jam.

Dibanding sistem wick, sistem apung lebih mudah untuk mengetahui kapan harus air diisi kembali. Karena tinggi papan mengikuti ketinggian air yang ada di wadah. Jika papan berada di bawah, berarti waktunya untuk wadah dikuras dibersihkan dan diisi kembali dengan air yang baru.

Bahan-bahan yang Diperlukan


  • Wadah atau Container apa saja dengan kedalaman minimal 20 cm maksimal 70 cm, berfungsi sebagai tempat / reservoir air nutrisi. Pilihlah wadah berwarna gelap agar tidak ditumbuhi alga dalam wadah. 
  • Papan apung bisa menggunakan papan sterofoam dengan ketebalan 3 cm - 5 cm
  • Aerator beserta selangnya bisa didapatkan di toko aquarium, beli yang berdaya 2W saja cukup untuk 9-16 tanaman
  • Air Stone juga bisa didapatkan di toko aquarium, biasanya sudah paketan dengan aerator. Tetapi sebaiknya pakai air stone dengan panjang 10-15 cm untuk memperluas permukaan aerasi


Alat-alat yang Digunakan


  • Solder untuk melubangi papan sterofoam
  • pH meter untuk mengukur pH air larutan
  • TDS / EC meter untuk mengetahui kepekatan konsentrasi nutrisi pada air larutan


Prinsip Pembuatan Sistem

Potong papan sterofoam menyesuaikan bentuk atas wadah dengan selisih jarak antar sisi sekitar 1-2 cm. Kemudian lubangi papan sterofoam dengan ukuran menyesuaikan net pot yang digunakan

Jarak antar lubang jika menanam selada 15-20 cm, jika menanam bayam, kangkung 10 cm

Kemudian susun alat-alat seperti gambar di bawah

Skema Rakit Apung

Jangan lupa untuk memberi garis atau tanda pada ketinggian terendah air dan papan pada wadah agar mudah mengetahui kapan waktunya isi ulang air.

Petunjuk Perawatan

Tanaman memasuki sistem setelah melewati masa semai dari sistem persemaian. Kemudian semaian tanaman diletakkan pada net pot sistem.

Karena akar tanaman terus menyerap hara dan air pada air nutrisi, pH dan TDS/EC harus dicek rutin dan dijaga 5,5-6,8 untuk pH dan 600-1200 ppm untuk TDS / EC 1,5-2. Waterlevel juga dijaga agar tidak kehabisan air.

Setiap seminggu sekali air nutrisi perlu diganti dengan yang baru. Saat selesai masa tanam, wadah perlu dibersihkan dan dikeringkan agar kuman penyakit tidak tumbuh.

Masalah yang Sering Terjadi pada Sistem Rakit Apung

Walaupun sistem rakit apung memiliki keunggulan punya toleransi yang tinggi jika mati lampu, sistem rakit apung memiliki kelemahan fatal yaitu tidak cocok untuk outdoor tanpa naungan. Karena jika hujan, air hujan akan mudah bercampur dengan air nutrisi. Akibatnya air nutrisi terbuang percuma.

Belum lagi air hujan membuat air dalam sistem meluap, akibatnya papan sterofoam yang berisi tanaman bisa jatuh meninggalkan wadah. Dan menyebabkan tanaman bisa rusak. Solusi untuk masalah ini, Anda harus membuat penahan pada sisi-sisi atas wadah agar papan sterofoam tidak keluar saat air meluap karena hujan.

Solusi umum untuk masalah hujan adalah Anda harus meletakkan sistem ini indoor di dalam greenhouse. Jika dirasa biaya untuk membuat greenhouse terlalu besar, Anda minimal membuat naungan dengan plastik mika atau plastik UV (saran saya gunakan UV agar awet). Dengan membuat naungan, air hujan setidaknya tidak banyak yang masuk ke dalam sistem terlalu banyak.

Untuk skala rumah tangga atau skala kecil, Anda bisa meletakkan di teras rumah yang terlindung hujan tapi masih bisa mendapat sinar matahari.

Contoh Bentuk Rangka Naungan Untuk Sistem Kecil

Jika tidak memungkinkan ditaruh di teras, Anda bisa membuat tudung yang berbahan rangka dari bambu, kawat, atau sejenisnya. Kemudian anda susun menyerupai tudung yang ukurannya menyesuaikan ukuran sistem rakit apung Anda. Dan selanjutnya Anda lapisi plastik.

Panduan Pembuatan dan Perawatan Hidroponik Drip (Irigasi Tetes) / Fertigasi

Sistem drip atau biasa disebut sistem irigasi tetes adalah salah satu sistem hidroponik yang menggunakan teknik yang menghemat air dan pupuk dengan meneteskan larutan secara perlahan langsung pada akar tanaman. Sistem drip pada hidroponik dapat juga disebut Fertigasi karena pengairan dan pemberian nutrisi dilakukan secara bersamaan


Sistem drip / fertigasi adalah sistem hidroponik yang paling sering digunakan di dunia, mulai dari hobi hingga skala komersil. Karena biaya pembuatannya murah dan teknik pembuatannya mudah dibanding sistem hidroponik yang lain. 

Seberapa luas dan ukuran tempat Anda, penempatan sistem ini sangat fleksibel dapat menyesuaikan luas dan ukuran tempat Anda.

Biaya pengoperasiannya pun lebih murah, karena untuk pengirigasian listrik tidak perlu dinyalakan terus menerus. Anda dapat mengandalkan timer untuk mengatur frekuensi dan volume pemberian larutan nutrisi pada tanaman. Jadi tanaman lebih toleran jika di daerah Anda terjadi pemadaman listrik.

Sistem ini lebih populer untuk menanam tanaman sayuran buah seperti tomat, cabai, melon, paprika, dan terong. Walaupun begitu sebenarnya sistem ini juga cocok diterapkan untuk menanam sayuran daun dan herbs, tetapi jarang ditemui kebun sayuran daun yang menggunakan sistem ini. Bahkan sayuran akar memungkinkan dibudidayakan dengan sistem ini.

Kebun skala komersial yang membudidayakan sistem drip fertigasi untuk sayuran buah cukup banyak ditemui, tetapi untuk sayuran daun setahu saya ada di Cibadak - Jawa Barat dan BPTP Jatim Karangploso - Malang.

Sistem drip ini berasal dari Israel yang diterapkan langsung ke tanah berpasir. Saat ini hampir semua tanaman pangan dapat ditanam dengan sukses dengan sistem drip, mulai dari sayuran daun hingga tanaman sebesar pisang.


Hidroponik sistem drip fertigasi dapat dengan mudah dibuat dengan banyak cara, mulai dari skala hobi rumahan hingga skala komersil. Selain itu sistem dapat dengan mudah dibongkar pasang dan diekspansi tanpa banyak merubah jaringan yang sudah ada

Sistem drip lebih cocok untuk orang yang sudah punya pengalaman berkebun hidroponik karena manajemen sistem drip memerlukan skill khusus dalam mengatur frekuensi dan volume irigasi pada tanaman

Sistem irigasi drip terbagi menjadi 2 versi, yaitu sistem resirkulasi dan sistem non resirkulasi. Sistem resirkulasi biasanya digunakan untuk pekebun skala hobi dan rumahan karena manajemen irigasinya mudah. Sedangkan sistem non resirkulasi biasanya digunakan pekebun skala besar dan komersil karena resiko gagalnya kecil

Ringkasan
  • Biaya : Murah
  • Tingkat Kesulitan Pembuatan : Mudah
  • Tingkat Kesulitan Perawatan : Menengah
  • Cocok untuk Tanaman : hampir semua tanaman dapat dibudidayakan dengan sistem ini
  • Kelebihan : hemat listrik, pengairan tidak seboros NFT dan Ebb Flow
  • Kekurangan : rawan buntu. Jika manajemen buruk, penggunaan pupuk boros pada sistem non resirkulasi
  • Toleransi listrik : butuh listrik tapi sangat toleran jika mati listrik

Prinsip Cara Kerja

Sistem Drip Resirkulasi

Sistem resirkulasi biasanya sering diterapkan oleh penghobi skala rumahan. Prinsip cara kerja dan perawatan hampir mirip dengan sistem NFT dan Ebb Flow yaitu sirkulasi penggunaan larutan nutrisi yang berulang. Hanya saja tiap selang fertigasi melayani 1-4 tanaman

Aliran pada Sistem Drip Resirkulasi

Karena ini sistem resirkulasi, Anda perlu mengatur nilai pH dan EC/TDS pada larutan nutrisi di tandon / reservoir karena pH dan EC/TDS pada sistem resirkulasi tidak akan stabil. Selain itu larutan nutrisi dalam tandon perlu dikuras dan diganti secara berkala seperti sistem NFT dan Ebb Flow.

Pekebun hobi rumahan senang memakai sistem drip resirkulasi karena tidak terlalu memusingkan manajemen frekuensi irigasi karena larutan hara yang kelebihan akan kembali ke tandon, yang penting media tidak kering dan tidak banjir.

Pekebun komersil jarang menggunakan drip resirkulasi karena biaya investasi yang berat dan ditambah resiko penularan penyakit karena penggunaan larutan nutrisi berulang

Sistem Drip Non-Resirkulasi

Sistem non-resirkulasi akan lebih dibahas dalam artikel ini. Sesuai namanya, larutan nutrisi yang dialirkan ke tanaman tidak digunakan kembali. Walau tidak digunakan kembali, larutan nutrisi yang diberikan ke tanaman sangat sedikit yang terbuang

Aliran pada Sistem Drip Non-Resirkulasi

Pekebun harus mengatur frekuensi dan volume pemberian larutan nutrisi ke tanaman secara pas sesuai kebutuhan tanaman. Manajemen pengaturan frekuensi dan volume pemberian larutan nutrisi dilakukan dengan menggunakan timer.

Prinsip dari sistem drip fertigasi adalah memberi air dan nutrisi langsung media daerah lokal perakaran tanaman. Tujuannya supaya tanaman lebih mudah langsung menyerap larutan nutrisi. Selain itu dengan sistem drip, volume air yang dibutuhkan untuk penyiraman tidak harus banyak sehingga media menjadi basah seperti Ebb Flow.

Media tidak harus dibasahi, inti sistem drip adalah irigasi yang pas untuk melembabkan media
Penggunaan air pada sistem drip lebih efisien dibanding system NFT atau Ebb Flow, karena luasan air tidak banyak terpapar ke udara luar. Sehingga penguapan air tidak sebanyak NFT atau Ebb Flow. Penyiraman pada sistem drip difokuskan untuk melembabkan media sekitar daerah perakaran saja

Pemberian irigasi diatur sedemikian rupa agar media tanam memiliki kelembaban 70%. Tandanya adalah saat media dipegang terasa basah tetapi air tidak menetes dan jika diremas gumpalan media akan retak merekah. Dengan media yang lembab sekitar 70%, akar dapat dengan mudah menyerap air dan hara dan aerasi tetep terjaga karena udara masih dapat bersirkulasi diantara ruang kosong antar media

Komponen yang Diperlukan


  • Pot Menanam : Untuk tempat tumbuh tanaman, bisa menggunakan polybag, pot, wadah, dll
  • Tandon Reservoir : Wadah untuk larutan nutrisi
  • Pompa : Untuk mengalirkan larutan nutrisi
  • Timer : Mengatur frekuensi dan volume pemberian irigasi
  • Selang Inlet 5-8 mm : saluran penghubung yang memberikan larutan nutrisi dari pipa langsung ke tanaman
  • Nipple : sebagai penghubung selang inlet dan pipa jarinan irigasi
  • Emitter Drip Stick : agar larutan nutrisi dari inlet dapat masuk menembus dengan mudah menuju akar tanaman tanpa harus merembes perlahan di media
  • Pipa PVC atau Selang PE Fleksibel : untuk membuat jaringan irigasi
  • Media Tanam : penopang tanaman, tempat untuk menanam
  • Disc Filter atau Screen Filter : sebagai filter agar jaringan tidak tersumbat

Selang PE, selang inlet 8mm, filter, nipple, dan semua perlengkapannya bisa didapatkan di toko penyedia kebutuhan fertigasi yang biasanya dijual online. Anda bisa mencari informasi toko penjual melalui grup Facebook, tokopedia, dan fjb kaskus.

Alat-alat yang diperlukan


  • Solder / Bor : untuk melubangi pipa irigasi
  • pH meter : untuk mengatur pH larutan nutrisi
  • EC/TDS meter : untuk mengetahui konsentrasi larutan nutrisi

Aturan Pembuatan Sistem Instalasi

1. Skema Sistem

Berikut adalah pola skema pemasangan alat-alat pada sistem drip yang umum digunakan

Sistem Non-resirkulasi

Skema Pemasangan Alat-Alat pada Sistem Drip Non-Resirkulasi

Sistem Resirkulasi

Skema Pemasangan Alat-Alat pada Sistem Drip Resirkulasi

Perbedaan dari jaringan sistem non-resirkulasi dan resirkulasi adalah adanya penampung balik yang menuju reservoir / tandon pada sistem resirkulasi. Selebihnya tidak jauh berbeda

2. Pemilihan Pompa

Sebenarnya agak sulit memilih pompa yang pas sesuai untuk sistem drip. Karena sistem drip lebih diprioritaskan tekanan pompa yang tentunya penghitungannya agak memusingkan bagi pekebun biasa.

Perhatikan Q max dalam kemasan pompa
Walau begitu, Anda dapat mengikuti aturan kasar ini, meski kadang tidak cocok saat diterapkan dalam skala yang lebih besar. Setiap meter persegi membutuhkan spec pompa dengan debit keluaran maksimal (Q max) 800 Liter / jam asalkan maksimal air naik setinggi tidak lebih dari 50-100 cm.

Jadi misal Anda membuat sistem drip seukuran 5 m2 dengan dudukan sekitar setinggi 50 cm, maka Anda memerlukan pompa dengan debit keluaran maksimal (Q max) 5 x 800 liter/jam = 4000 liter/jam

3. Teknik Distribusi Irigasi

Pola Jaringan
Supaya tiap titik dari dekat hingga yang jauh mendapat debit yang sama, Anda perlu membuat desain pola jaringan irigasi loop. Tujuannya agar tekanan titik yang jauh dari pompa hingga yang jauh tidak jauh berbeda. Contoh pola seperti gambar di bawah ini

Pola Jaringan untuk Sistem Drip Skala Rumahan

Jaringan Drip untuk Skala Besar


Pemasangan Filter
Filter dipasang tepat setelah saluran output pompa. Filter penting dipasang supaya larutan nutrisi yang dipompakan tidak membawa partikel-partikel yang dapat membuat buntu emitter drip. Ukuran filter harus disesuaikan dengan ukuran pipa distribusi.

Anda juga dapat menggunakan disc filter atau filter screen dengan ukuran 200-300 mesh sudah dirasa cukup untuk mencegah kebuntuan.

Ukuran Pipa Jaringan
Untuk skala rumahan yang per pompa melayani tidak lebih dari 10 m2, jaringan distribusi dapat menggunakan pipa ½” atau ¾” .

Untuk sistem drip yang lebih besar, biasanya jaringan pipa terbagi menjadi 2 jenis, yaitu saluran primer dan saluran lateral (sekunder). Untuk saluran primer, biasanya digunakan pipa ukuran 2" - 3”. Sedangkan saluran lateral (sekunder) digunakan pipa ukuran ½” atau ¾”

Jarak Selang Inlet dan Pemasangan Emitter
Untuk jarak antar selang inlet biasanya menyesuaikan jarak tanam dari tanaman yang ditanam. Pada tanaman sayuran daun, satu selang inlet melayani 4-5 tanaman. Sedangkan tanaman sayuran buah, satu selang inlet melayani 1-2 tanaman.

Jarak antar inlet selang mengikuti jarak tanam

Untuk selang inlet, jangan gunakan selang bening waterpass. Selang ini tidak bertahan lama jika sering terpapar sinar matahari. Selain itu sifat transparannya dapat memicu pertumbuhan alga pada selang yang membuat selang menjadi buntu.

Gunakan selang PE yang memang didesain untuk selang irigasi outdoor. Untuk selang inlet sistem drip fertigasi ini biasanya berukuran 5-8 mm.

Untuk jaga-jaga, sebaiknya Anda men-double selang inlet fertigasi pada masing-masing titik. Tujuannya bila Anda selang yang buntu, masih ada selang satunya yang dapat mengairi media.

Penancapan Emitter Stick Drip

Tancapkan emitter stick drip pada media pada dekat dengan batang tanaman. Supaya air dengan mudah menembus media langsung ke daerah perakaran tanaman tanpa harus merembes dari atas

4. Ukuran Tandon / Reservoir

Ukuran tandon yang digunakan setidaknya disesuaikan dengan volume penyiraman selama seminggu. Misal dalam sehari menghabiskan air nutrisi 10 liter, setidaknya Anda perlu menggunakan tandon yang berukuran 70-100 liter.

Tujuan penerapan tandon mingguan ini untuk mempermudah mengubah dosis dan rasio nutrisi yang juga biasanya diterapkan secara mingguan

Jangan lupa penempatan tendon harus diletakkan di tempat yang teduh jangan dijemur

5. Pemilihan Media

Ada banyak media yang dapat dipilih mulai dari pasir, sekam bakar, coco coir, perlite, hydroton.

Untuk sistem drip resirkulasi, sebaiknya pilih media yang berukuran besar seperti hydroton supaya media tidak banjir karena irigasi yang terus menerus dan partikel media tidak terbawa menuju tandon pada saluran balik

Untuk sistem drip non-resirkulasi, sebaiknya pilih media yang berukuran halus agar mampu menahan kelembaban air lebih lama. Sekam bakar dan coco coir maupun campurannya biasanya sering digunakan pekebun-pekebun drip non-resirkulasi.

6. Ukuran Wadah Tiap Jenis Tanaman

Walaupun tidak ada ukuran yang pasti, Anda perlu memperhatikan ukuran volume media tanam untuk tiap jenis tanaman. Jika Anda menanam sayuran buah seperti tomat, cabai, dsb di polybag, maka sebaiknya Anda menggunakan polybag yang berdiameter 30 cm dan volume media tanam 10 liter per tanaman.

Sedangkan untuk sayuran daun, gunakan polybag yang berdiameter 15 cm dan volume media tanam 2,5 liter per tanaman.

Tujuannya supaya akar memiliki ruang yang leluasa untuk bergerak dan tumbuh

7. Pembuatan Drainase

Usahakan bagian samping bawah polybag dilubangi untuk drainase. Jika Anda menggunakan slab grow bag, maka usahakan bagian kedua sisi samping bawah grow bag dibuat lubang selebar 6-8 cm dengan jarak antar lubang menyesuaikan letak emitter drip.

Perawatan

1. Penyiapan Media

Sebelum semaian tanaman dipindahkan pada sistem drip, media tanam apapun yang Anda gunakan harus dilembabkan terlebih dahulu. Media disiram dengan air nutrisi dengan EC 1 hingga air rembesan pada drainase mulai keluar.

Kemudian media ditiriskan selama 1 hari, baru semaian dapat dipindah tanam ke media sistem drip

2. Pengukuran Debit Aliran pada Emitter Drip

Anda perlu mengukur debit aliran yang dipancarkan tiap emitter selang drip dalam satu menit. Tujuannya supaya Anda tahu berapa lama pompa harus menyala saat irigasi untuk mencapai volume yang diinginkan.

Caranya Anda perlu mempersiapkan gelas ukur dan stopwatch. Catat air yang dikeluarkan dari emitter dalam satu menit. Misal dalam kasus ini Anda mendapat debit 100 ml per menit, data ini akan digunakan dalam penentuan frekuensi dan volume irigasi yang akan dijelaskan di bawah ini

3. Frekuensi dan Volume Irigasi

Untuk hal ini, agak susah memberikan aturan yang pasti, karena ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi. Frekuensi dan volume pemberian larutan nutrisi pada sistem drip harus disesuaikan dengan jenis tanaman, umur tanaman, jenis dan volume media tanam, dan cuaca

Intinya yang penting Anda harus dapat menjaga kelembaban media tanam stabil 70%.

Tetapi ada aturan kasar yang dapat Anda gunakan sebagai acuan dan selanjutnya Anda modifikasi menyesuaikan respon dari tanaman.

Per 10 liter media, Anda sirami dengan larutan nutrisi 2 kali sehari pada jam 8-9 pagi dan 15-16 sore. Per siraman sebanyak 250 ml dengan EC/TDS menyesuaikan jenis dan kebutuhan tanaman.

Jika debit aliran pada emitter drip Anda 100 ml / menit, maka saat waktunya menyiram pompa dinyalakan hanya selama (250/100 menit) 2,5 menit oleh timer.

Dan selanjutnya Anda juga perlu mengukur tampungan volume air rembesan yang keluar dari drainase polybag atau growbag (over drain). Usahakan volume air rembesan yang keluar 10-20% dari volume air nutrisi yang Anda berikan selama 24 jam. Tujuannya supaya memastikan apakah tanaman sudah mendapat cukup larutan nutrisi atau belum dan tidak terlalu banyak nutrisi yang terbuang

Grafik Debit Aliran 

Misal tanaman disirami sebanyak 250 ml 2x sehari, maka dalam sehari tanaman mendapat 500 ml. Jika dalam 24 jam, tampungan air rembesan (overdrain) mendapat di bawah 50 ml (10% dari 500ml) maka volume larutan nutrisi yang diberikan masih kurang. Dan jika tampungan overdrain mendapat di atas 100 ml (20% dari 500 ml) maka volume larutan nutrisi yang diberikan terlalu boros berlebihan.

Penampungan Overdrain
Selain itu tujual lain dari overdrain adalah untuk mendesak eksudat atau racun yang dihasilkan oleh akar tanaman keluar dari media tanam

Untuk frekuensi dan volume irigasi, selanjutnya Anda sesuaikan dengan respon pada tanaman. Jika media cepat kering, tambahkan frekuensi atau volume penyiraman. Jika media terlalu basah, kurangi frekuensi atau volume penyiraman atau bagi volume penyiraman dengan frekuensi yang lebih banyak.

Maksudnya misal, jika biasanya tanaman menyerap larutan nutrisi 500 ml per hari dengan penyiraman @250 ml 2x sehari, tetapi media tanam Anda terlalu porus sehingga 250 ml per siraman membuat media menjadi basah sekali. Maka solusinya penyiraman tetap 500 ml per hari, hanya saja dibagi menjadi 5x sehari sehingga per siraman menjadi 100 ml.

Berikut adalah contoh manajemen penyiraman tanaman cabai dengan penyiraman 6x sehari

USIA MINGGU
Aplikasi Nutrisi
Dosis per Siraman
Total Volume Siraman
1
900 ppm
100 ml
600 ml
2
1000 ppm
100 ml
600 ml
3
1100 ppm
100 ml
600 ml
4
1200 ppm
130 ml
780 ml
5
1200 ppm
150 ml
900 ml
6
1300 ppm
150 ml
900 ml
7
1300 ppm
150 ml
900 ml
8
1300 ppm
200 ml
1200 ml
9
1300 ppm
230 ml
1380 ml
10
1400 ppm
300 ml
1800 ml


Intinya yang penting media jangan sampai kering atau terlalu banjir. Hal di atas hanya sebagai acuan, tidak dapat menjadi patokan baku. Patokan baku berbeda-beda setiap kondisi.

Setiap pekebun akan menemukan sendiri frekuensi penyiraman terbaik untuk tanamannya seiring melihat respon dari tanamannya.

4. Manajemen TDS/EC

Untuk TDS/EC sama seperti sistem hidroponik pada umumnya, yaitu sesuaikan dengan umur dan jenis tanaman yang ditanam. Untuk sayuran daun EC 1,5-2 atau TDS 600-1200 ppm, untuk sayuran buah EC 2-3 atau TDS 1200-1800.

Dalam sistem drip non-resirkulasi, Anda perlu mengatur EC/TDS di daerah perakaran. Karena dalam pemberian larutan nutrisi (fertigasi) ke media, unsur hara tidak diserap seluruhnya oleh tanaman dan masih ada unsur hara yang tersisa di dalam media.

Dan jika dibiarkan terus menerus, unsur hara yang tersisa dalam media akan menumpuk dan mengacaukan rasio unsur hara pada larutan nutrisi

Aturan umum dalam pengelolaan tingkat garam terlarut (EC/TDS) dalam daerah perakaran adalah EC yang keluar dari over drain tidak boleh lebih dari 1 atau selisih lebih 500 ppm. Apabila perbedaan dari EC over drain dan EC larutan nutrisi lebih dari 1, maka dilakukan pencucian (flushing) dengan memberi penyiraman dengan larutan yang ber-EC rendah 1 atau dengan air biasa. Berikut adalah contoh manajemen EC untuk tanaman cabai.

Umur tanaman
EC
EC Inlet
EC Outlet
Fase Vegetatif 1 ( 1 – 6 MST)
1,6 – 1,7
1,3 – 1,8
Fase Vegetatif 2 (6 – 8 MST) fase mulai berbunga dan berbuah
1,8 – 1,9
2,0 – 2,1
Fase Generatif ( 8 < MST ) fase pematangan buah
2.0 – 2,1
2,1 – 2,2

Misal, Anda menerapkan EC pada tanaman 2,0 setelah 2 minggu sistem drip berjalan, nilai EC pada air rembesan (overdrain) 3,1. Maka besoknya Anda hanya menyiram tanaman dengan air biasa atau air dengan ber-EC 1 hinga EC pada air rembesan turun pada selisih yang jauh di bawah 1 dari EC seharusnya supaya tanaman dapat kembali disiram dengan larutan nutrisi dengan EC yang seharusnya

5. Filterisasi dan Pencegahan Buntu

Setiap seminggu sekali, filter disc atau filter screen yang Anda gunakan harus dibersihkan dari kerak-kerak. Tiap-tiap emitter juga rutin seminggu sekali dibersihkan agar tidak buntu

6. Sterilisasi Media dan Sistem

Media tanam seperti rockwool, coco coir, sekam bakar sebaiknya digunakan sekali pakai. Usahakan setiap selesai masa tanam, sistem jaringan drip dibersihkan dengan menggunakan bleach dengan takaran sesuai dengan kemasan kemudian dialirkan ke jaringan pipa-pipa dan selang pada sistem drip.

Tujuannya untuk mensterilkan sistem dan melarutkan partikel-partikel yang mengerak di dalam pipa atau selang.

Variasi Sistem


1. Teknik Irigasi


Pompa
Sistem Drip pada Umumnya

Ini adalah teknik irigasi yang umum digunakan yang dijelaskan di atas

Solenoid Valve
Sistem Drip dengan Solenoid Valve

Pompa hanya digunakan untuk mengisi tandon utama. Selanjutnya dari tandon utama, larutan nutrisi di alirkan ke jaringan sistem drip dengan memanfaatkan gravitasi. Pengaturan kapan larutan nutrisi mengalir diatur oleh solenoid valve yang dihubungkan dengan timer

2. Tempat Menanam


Polybag
Polybag

Grow bag
Pakchoy pada Grow Bag

Vertikal Grow Sack
Sistem Drip Vertikal dengan Grow Sack

Vertikal Interlocking Pot
Bisa dibuat dari pot sterofoam yang ditumpuk-tumpuk

Dutch / Bato Bucket
Sisterm Drip Resirkulasi Dutch Bucket
Dan masih banyak lagi variasi pada sistem drip. Anda dapat sesuaikan dengan bahan-bahan yang ada di sekitar Anda

Sedia Pupuk Hidroponik dan Fertigasi
AB Mix Plus Silika


Tersedia kemasan Sayuran Daun, Bunga, dan Buah

AB Mix + Silika untuk Sayuran Daun
AB Mix + Silika untuk Buah
AB Mix + Silika untuk Bunga




sumber :http://taman-berkebun.blogspot.com/2015/08/prinsip-hidroponik-rakit-apung.html


Panduan ber-Hidroponik 4.5 5 Mustika Nata Tunggal Panduan ber-Hidroponik (Langkah 1) Sebelum kita memulai, mungkin ada beberapa hal yang harus kita ketahui dalam ber hidroponik , yaitu...